Salah satu kesalahan paling umum dalam membangun brand vape adalah mikir soal rasa dulu, baru mikirin market. Padahal seharusnya dibalik. Kalau market yang dituju belum jelas, jenis liquid yang diproduksi—mau salt nic atau freebase—bisa malah meleset.
Makanya, sebelum mikirin flavor, warna botol, atau campaign, brand vape yang cerdas harus mulai dari pertanyaan simpel: siapa sih yang mau pakai produk ini? Dan dari situ, baru deh dipetakan apakah produk itu lebih cocok diformulasikan dengan nikotin salt atau freebase.
Artikel ini akan bantu Anda breakdown karakter masing-masing jenis liquid dari sudut pandang market fit—bukan sekadar teknis. Jadi buat Anda yang sedang maklon atau pengembangan brand vape, baca sampai tuntas.
Segmentasi Target Market Vape: Mana yang Cocok Salt Nic? Mana yang Cocok Freebase?
Segmentasi market vape secara umum bisa dibagi jadi dua besar:
1. Market Transisi dari Rokok
- Umumnya usia 25–40
- Baru berhenti merokok atau sedang mengurangi
- Butuh asupan nikotin tinggi
- Sensitif terhadap rasa atau throat hit yang terlalu kuat
- Gak terlalu pusing dengan cloud
Jenis liquid paling cocok: Salt Nic
Kenapa? Karena salt nic bisa kasih asupan nikotin yang cepat, dengan throat hit yang lebih halus, dan mudah digunakan lewat pod device. Dari sisi produksi, ini adalah entry point yang menjanjikan untuk brand yang ingin menyasar perokok aktif yang ingin transisi.
2. Market Vape Enthusiast
- Umumnya usia 20–35
- Udah familiar dengan dunia vaping
- Suka eksplorasi rasa dan jenis device
- Peduli performa cloud dan throat hit
- Aktif di komunitas vape atau sosial media
Jenis liquid paling cocok: Freebase
Karena freebase lebih bisa di-customize, baik dari rasa, sensasi cloud, sampai karakter throat hit yang “nendang”. Ini juga lebih mudah dikaitkan dengan brand identity dan storytelling produk.
Cara Menentukan Market Fit dari Awal
1. Observasi User Behavior
Lihat bagaimana calon customer Anda belanja vape:
- Beli device dulu atau liquid?
- Beli lewat toko offline atau e-commerce?
- Pilih rasa atau nikotin dulu?
Dari situ Anda bisa baca karakter pasar dan preferensinya. Market yang dominan beli device pod pasti lebih cocok dijualin produk salt nic.
2. Uji Respons Pasar Lewat Sampling
Bikin dua varian awal:
- Satu berbasis salt nic
- Satu berbasis freebase
Lalu tes ke dua segmen berbeda. Lihat data repeat order, feedback rasa, dan kecepatan habis. Ini bisa jadi validasi objektif sebelum produksi skala besar.
2. Tentukan Posisi Brand di Market Map
Anda ingin jadi brand yang:
- Solutif buat perokok berat? → Salt Nic
- Ikonik dengan flavor eksploratif? → Freebase
Nggak bisa semuanya, apalagi di awal. Fokus dulu ke satu segmentasi yang paling make sense dengan kapabilitas maklon dan modal marketing yang Anda punya.
Kapan Brand Harus Rilis Kedua Jenis Sekaligus?
Kalau brand sudah punya:
- Basis user loyal di salah satu segmen
- Budget distribusi dan promosi yang cukup
- Tim maklon berpengalaman dalam mengelola dua formulasi berbeda
Maka nggak ada salahnya rilis varian baru. Tapi ingat, market positioning-nya harus beda.
Contoh:
- Brand A terkenal dengan salt nic smooth buat perokok → bisa rilis freebase premium untuk pasar komunitas vape
- Brand B sudah kuat di freebase fruity → bisa rilis salt nic rasa netral untuk pasaran pod casual
Risiko Kalau Salah Pilih Jenis Liquid
- Produk gak relate dengan user
- Penjualan stuck karena gak ada trigger nikotin atau rasa
- Komplain throat hit terlalu sakit atau terlalu lemah
- Distribusi mandek karena toko bingung cara positioning produk
Jadi penting banget untuk dari awal udah ngerti: siapa user Anda, dan gimana cara mereka pakai vape.
Kesimpulan
Pemilihan jenis liquid antara salt nic dan freebase harus berangkat dari pemahaman market, bukan preferensi pribadi. Ini bukan soal teknis semata, tapi soal relevansi produk di mata user yang bakal beli dan repeat order.
Brand yang ngerti targetnya akan lebih gampang bikin formula, desain label, copywriting, sampai strategi distribusi yang nyambung. Dan semua itu dimulai dari satu pertanyaan: siapa yang mau pakai produk ini?